Kiriman dari Hong Kong (3): Taipan Oei yang Dulu dari Pengampon


JAWA POS, SENIN PON 17 NOVEMBER 1986

Taipan Oei yang Dulu dari Pengampon

Laporan: Basuki Soejatmiko, Wartawan Jawa Pos (3)

Hong Kong di waktu malam
Tidak semua orang yang dari Indonesia seperti Encim Ma. Banyak juga yang lantas jauh lebih sukses. Misalnya Oei, yang kini justru mendapat panggilan Taipan Oei. Taipan adalah sebutan untuk seorang Big Boss yang baik. Banyak orang yang dapat predikat big-boss di Hongkong tapi tidak semua disebut Taipan. Seorang big-boss yang dikaitkan dengan usaha Triad atau Tong, tidak akan disebut Taipan. Triad atau tong adalah satu kelompok yang lebih diasosiasikan dengan sindikat. Sedang Taipan lebih bermakna sebagai godfather yang suka membantu.

Berita ini memang mengejutkan saya. Tak pernah berpikir dalam benak saya, bahwa taipan Hongkong yang sangat terkenal sekarang ini, asal-usulnya adalah anak Pengampon asli. Arek Suroboyoan yang masih bisa berbahasa Suroboyoan dengan enak.

Ketika saya hendak diperkenalkan dengan seorang Taipan yang menurut saya orang Suroboyo berasal dari daerah Pengampon itu ada rasa tak percaya pada diri sendiri. Mana mungkin seorang pemuda dari Pengampon bisa jadi Taipan di Hongkong. Negeri koloni yang begitu keras. Tapi, saya juga tidak bisa mengelak ketika Mr. Wong yang kemudian saya ketahui juga berasal dari Samarinda, orang asal Indonesia ternyata mempunyai pengaruh begitu besar di Hongkong. Seperti cerita khayal saja.

Pembicaraan dengan Taipan Oei berlangsung disebuah kamar direksi sebuah bank yang saya sebut saja X. Yang duduk “angker” di belakang meja besar itu adalah Taipan Oei yang asal pengampon tadi. Sederhana situasi kamarnya. Ada dua lukisan dinding. Tapi asing bagi saya. Mencerminkan pemandangan Hongkong di waktu malam, dilukis dengan gaya ekspresionis dan gambar seorang ibu secara naturalis.Cuma itu hiasan kamar itu dan Taipan Oei memang menunjukan sikap seorang Manajer yang pintar. Perawakannya memang tampak gemuk karena tinggi tubuhnya tak lebih dari170 cm. Tapi, tampaknya ia masih sehat betul di usianya yang baru empat puluh delapan tahun.

Ia memulai pembicaraan dengan bercerita tentang olah raga yang disebutnya Waitankung. Menurut pendapatnya antara Thai Chi Chuan dan Waitankung tak ada bedanya. Ia memang termasuk usia tua, juga karena gerak badan ini masih mengandung kekuatan yang paling mendasar dari dari gerakan kungfu Cina. Ia sendiri sebelumnya, ketika berada di Cina mempelajari ilmu silat Cina dengan sangat mendasar. Tapi tampilannya dia sebagai seorang Taipan tak ada hubungan dengan ilmu bela diri yang dimilikinya.

Kisah tentang Taipan Oei tak kalah menariknya dengan cerita-cerita film Mandarin. Menurut kisahnya, ia memang berada lama di daerah Pengampon, masuk gang. Orang taunya dulu berdagang di Pasar Turi, sebelum Pasar Turi kebakaran yang pertama. Ia sempat menamatkan sekolah Kaochung di Surabaya di Undaan Wetan.

Kejadian menurut taipan Oei tidak hanya berlangsung akibat PP 10 saja. Sebenarnya sejak 1956 sudah ada gerakan untuk kembali ke RRC sesuai imbauan penguasa di sana untuk membantu revolusi yang belum rampung. Saat itu beredar siaran dari Mao Tse Dong yang memanggil pulang mereka yang perantauan. Tak banyak yang bergerak untuk mengikuti anjuran itu. Tapi boleh dikata ada juga yang memenuhi harapan tersebut. Taipan Oei beranggapan, bahwa mereka yang tidak punya kepandaian sebenarnya jangan pulang. Mereka nanti akan kecewa. Karena ia ingin menyelesaikan sekolah tingkat SMA terlebih dahulu. Dan itu bersamaan dengan huekou tadi sekitar 1960.

Orang memang bisa kecewa, kata Taipan Oei mengenai RRC. Tapi itu tempo doeloe. Mestinya kita juga tau, mengangkut 600.000 sesuai janji RRC kepada Hoakiau di Indonesia adalah suatu proyek besar. Bangsa yang sudah mapan saja akan kesulitan.

Tetapi Taipan Oei beruntung. Ia termasuk gelombang ketiga yang segera diangkut. Sebelumnya, ia dikonsinyering di daerah Kranggan, meskipun ia orang Surabaya. Dari mana ia langsung ditempatkan di Peking karena ia fasih bahasa Inggris. Ia sebenarnya diberi kesempatan untuk melanjtkan sekolah. Tetapi saat itu kementerian luar negeri sedang memerlukan tenaga-tenaga baru untuk departemennya. Oei mendaftar dan ia diterima bekerja di sana. Sampai 1978 Oei bekerja disana dan ia sudah memperoleh kedudukan yang lumayan di kementerian luar negeri.

Kemudian sekitar 1975-an ia mulai mengajukan surat untuk meninggalkan RRC dan bekerja di tempat lain. Maksud tujuannya adalah Hongkong. Tiga tahun ia mengurus izin tersebut dan akhirnya baru 1978 baru diberikan.

Dalam kedudukannya di staff  kementerian luar negeri itulah ia kemudian tahu bagaimana cara menjadi warga negara Inggris. Bisa membuat orang lain iri memang. Tapi, itulah nasib Oei yang nampaknya seperti sebuah takdir yang mulus. Bahkan, dengan pengetahuannya itu dia membantu beberapa orang lain untuk mendapatkan keperluan yang sama.

Tentang bagaimana ia kemudian bisa mengelola sebuah bank yang kini sedang berkembang pesat? Ia menyatakan bahwa 1978 itu, ia sedang mencari kerja sebagai penerjemah, dia menjumpai kenalannya dahulu di RRC yang pernah ditolongnya dalam mengurus surat-suratnya. Teman ini mengajaknya kerja sama, di bidang perbankan. Oei disadarkan betul bahwa bisnis bank mempunyai prospek yang bagus di Hongkong bahkan di mana saja. Oei tertarik dan begitulah kemudian mereka mendirikan sebuah bisnis bank yang sekarang perkembangannya selain di Hongkong City, juga ada di Kowloon, Singapura, dan Jepang. Oei yang kemudian oleh masyarakat Hongkong dianggap sebagai Taipan duduk sebagai manajer pertama. Pemilik modalnya sendiri menjadi komisaris utama perbankan itu. Begitulah asal mula Oei mendapat jabatan yang tertinggi sebagai direktur sebuah bank yang sedang berkembang pesat.

Ketika ditanya apakah arti taipan itu, Oei memberikan jawaban bahwa pengertian tentan Taipan itu sendiri tak bisa diberikan secara tegas. Semacam god father dalam pengertian yang utuh dan tradisional. Urusan tentang Taipan sebenarnya urusan yang legal sama sekali. Tidak ada unsur kriminalnya. Tapi seorang Taipan harus punya koneksi kanan kiri. Artinya dengan pengusaha harus dekat, sedemikian dekatnya sehingga ia bisa menelpon saja jika ada keperluan dan di samping itu dia harus dekat dengan masyarakat Cina sekitarnya.

Menurut Taipan Oei, yang disebut dengan Taipan Hongkong itu semacam locia di zaman Belanda dulu, pimpinan orang Tionghoa. Bukan dipilih Belanda yang kemudian diberi gelar mayor der chineschen, letnan dan sebagainya. Melainkan yang dipilih oleh masyarakat setempat. Kekuasannya luas sekali, ini tanpa satu undang-undang. Buat orang Hongkong, siapa yang disebut Taipan itu sudah pada posisi yang top dalam masyarakat.